Selain
memiliki banyak tempat wisata, Kabupaten OKI juga memiliki beragam
wisata budaya, salah satunya midang. Midang merupakan kegiatan
arak-arakan atau lebih mirip karnaval.
Saat
midang berlangsung, para muda-mudi berkeliling kampung dengan
mengenakan 14 macam pakaian adat OKI. Kegiatan midang ini bisa dijumpai
saat Hari Raya Idul fitri dan sudah menjadi agenda tahunan Disbudbar
OKI. Kepala Seksi Atraksi Disbudpar OKI Yusrizal mengungkapkan, secara
umum ada dua jenis midang, yakni midang pernikahan dan midang morge
siwe.
”Midang
pernikahan hanya ditemui saat pernikahan, diikuti kedua mempelai dan
keluarganya. Sementara, midang morge siwe digelar saat hari ke 3-4 Idul
fitri (Lebaran), rombongan midang diikuti pasangan muda-mudi
masyarakat Kayuagung secara umum,” jelasnya.
Menurut
Yusrizal, kegiatan midang sudah turun-temurun digelar warga dari
sembilan marga (siwe morge) yang ada di Kayuagung. Awalnya kegiatan ini
hanya berlangsung saat perkawinan saja. Namun, karena saat perkawinan
digelar masyarakat, sangat kecil kemungkinan untuk bisa
menyelenggarakan upacara sebesar itu, untuk melestarikan tradisi ini
digelarkan midang morge siwe.
“Terakhir
midang pernikahan digelar saat Bupati OKI menikahkan anaknya Muchendi
Mahzareki dengan Nyayu Ike Meilina tahun lalu,” ungkapnya.
Ritual
midang sendiri menggambarkan perjalanan sepasang anak manusia hingga
menjadi suami istri. Dimulai dari perkenalan antara bujang dan gadis,
lalu ada acara melamar atau bahkan kawin lari dan diakhiri dengan
perkawinan yang diwarnai arakarakan sepasang pengantin keliling kota
untuk memberi tahu warga bahwa sepasang remaja itu kini sudah berubah
status.
Pada
ritual itu, setiap marga diwakili satu pasang pengantin inti yang
berpakaian lengkap pengantin khas Kayuagung diiringi puluhan bahkan
ratusan pengantin remaja sebagai pengiring. Pada zaman dahulu, dalam
arak-arakan itu terdapat bong (tempat mandi dari kayu yang mengapung)
yang biasanya ditempatkan di sungai dan juli (gerobak yang dihiasi
seperti perahu atau kapal) untuk mengangkut pengantin inti. Namun kini,
kedua benda itu tidak lagi digunakan. Arak-arakan cukup berjalan kaki.
“Saat
midang berlangsung, masyarakat Kayuagung yang berada di perantauan
juga pulang untuk menikmatinya. Kedepan kita berusaha agar warga dari
daerah lain juga bisa datang saat kegiatan ini berlangsung,” tukasnya.
Yusrizal
mengklaim, midang sudah menjadi agenda pariwisata nasional. Sebab
atraksi pariwisata ini sudah terdaftar di Kementerian Pariwisata pernah
ditampilkan di istana negara pada tahun 2007. “Bukan tidak mungkin
midang ini menjadi salah satu warisan nasional bahkan dunia atau world
heritage ke depan”
sumber :
0 komentar:
Posting Komentar